Kemajuan Pembangunan Kota Semarang di Abad ke-20


Upaya lain sebagi bentuk penanggulangan permasalahan Kota Semarang di abad ke-20 adalah perbaikan kampung dan pembangunan perumahan Gemeente. Sebenarnya, rencana pembangunan perumahan ini sudah direncanakan 20 tahun yang lalu sejak Gemeente didirikan. Akan tetapi, perencanaan tersebut tidak dapat terlaksana karena mendapat kendala perihal keuangan. Dana yang digunakan untuk pembangunan tidak cukup.

Gemeente membutuhkan dana sekitar f300.000,- dan uang pemeliharaan f125.000,-. Sedangkan, dana yang turun dari pemerintah hanya sejumlah f25.000,-. Besar pasak daripada tiang. Pengeluaran dana yang direncanakan lebih besar dibanding dana yang masuk. Tentu, pembangunan perumahan Gemeente tidak dapat terlaksana.

Politik etis di abad ke-20 merupakan zaman baru dalam politik kolonial. Semboyan zaman baru itu adalah “kemajuan”. Kemajuan tersebut terlihat dari keberhasilan Gemeente berhasil mewujudkan perencanaan pembangunan perumahan. Pembangunan perumahan tersebut dilaksanakan di kawasan Kitelan, Lempongsari, Sompok, Halmahera, Pendrikan, Mlaten, Seteran, dan Bulu.

Keberadaan Gemeente menjadikan tata ruang kota Semarang lebih teratur. Pembagian wilayah pun juga dapat dibedakan menjadi empat zona, antara lain zona pemukiman, zona perniagaan, zona industri, dan zona perkantoran.


Pembagian empat zona tersebut pun tidak terlepas dari perbedaan antarkelompok ras. Masih ada tindak diskriminasi pada keempat zona tersebut. Kelompok ras pertama, yakni orang Eropa masih berkuasa. Kelompok ras ketiga, yakni orang pribumi masih mendapat perlakuan yang minimal.
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments :

Post a Comment