Little Netherland merupakan kawasan permukiman Belanda yang dibangun
pada tahun 1741 di Semarang. Seperti kawasan perumahan zaman Belanda pada
umumnya, kawasan ini dulunya memiliki akses dan fasilitas yang lengkap. Dalam perencanaan
pembangunan, orang Belanda tak pernah melupakan tata ruang. Oleh karena itu,
dalam kawasan ini terdapat kawasan perkantoran, hotel, perumahan, dan sekolah
yang mudah diakses karena selalu dilalui jalan yang menghubungakan satu tempat
dengan tempat lain. Dewasa ini, jalan yang dulunya merupakan jalan perumahan di
kawasan Little Netherland menjadi jalan protokol.
Dalam pembangunan kawasan, perencana kawasan Belanda tak
lupa pula menyediakan rumah peribadatan untuk orang Belanda, yakni gereja. Kini
gereja yang dibangun di era kolonial ini disebut dengan Gereja Blenduk karena
atapnya yang bulat. Bangunan ini terletak di tengah Little Netherland,
karenanya Wijanarka dalam bukunya Semarang Tempo Dulu, Teori Desain Kawasan
Bersejarah mengidentifikasi kawasan Little Netherland sebagai kawasan yang
mengacu pada gaya abad tengah karena menggunakan gereja sebagai sentral,
berbeda dengan gaya renaisance yang menggunakan istana raja, monumen, atau
public hall sebagai sentra kawasan. Pendapat Wijanarka ini dibuktikan berdasar
peta permukiman Belanda di Semarang yang dibuat pada tahun 1800.
Namun kini, tata ruang Little Netherland sedikit berubah. Misalnya
pada ruas jalan depan Hotel Jansen sampai persimpangan, yang sekarang merupakan
persimpangan Jl. Cenderawasih dengan Jl. Raden Patah, dan area segitiga yang
sekarang berupa Jl. Nuri, Perkutut, dan Glatik. Perubahan ini membuat Gereja Belnduk
tak lagi menjadi setral dalam tata ruang Little Netherland. Menurut Wijanarka tata
ruang Little Netherland kini menjadi tidak berbentuk, tanpa konsep, dan seolah
mati karena berbagai pembangunan yang tak mengedepankan desain kawasan
bersejarah.
0 comments :
Post a Comment